Senin, 06 April 2020

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELAS 8


TAWURAN ANTAR PELAJAR

Sering kita mendengar berita di televisi, terjadi tawuran antar pelajar, antar supporter sepak bola, atau antar daerah, yang disulut oleh masalah sepeleh sebagai ungkapan ketidak puasan atau sikap emosional, tetapi berdampak besar yaitu timbulnya perpecahan antar daerah, permusuhan antar supporter atau bahkan sampai terjadi korban jiwa. Tawuran adalah suatu proses saling menyerang atau berkelai yang dilakukan secara berkelompok dan terjadi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain karena ada suatu permasalahan.

Tawuran pelajar bukan hal yang bisa dianggap enteng, tawuran pelajar sekarang tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja melainkan juga menjalar ke daerah-daerah.Permasalahan remeh dapat menyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelahian massal dan tak jarang melibatkan penggunaan senjata tajam,senjata api, bahkan akhir-akhir ini banyak pelajar menggunakan bahan kimia seperti air keras sebagai senjatanya.

Dewasa ini, kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakuka oleh para remaja.Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkisme dan premanisme.Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara lagsung.

Tawuran antar pelajar tidak hanya menjadi gejala sosial yang terjadi pada pelajar-pelajar perkotaan, namun sekarang tawuran menjadi trend pelajar yang jauh dari perkotaan. Gejala sosial ini tentu bertentangan dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Tawuran diawali adanya konflik antar siswa di dalam suatu sekolah atau antar sekolah. Karena perasaan solidaritas antar siswa di dalam sekolah masing-masing, perkelaian muncul dan menghasilkan konflik antar sekolah yang berlainan. Remaja sering terlibat dalam tawuran karena perkembangan emosional remaja yang rentan, mudah terpengaruh dan tidak bisa mengendalikan diri.

Tawuran merupakan gejala sosial yang serius karena peserta tawuran cenderung mengabaikan norma-norma yang ada, melibatkan korban yang tidak bersalah, dan merusak rumah-rumah penduduk, dan fasilitas-fasilitas umum yang ada disekitarnya. Dalam kondisi tertentu tawuran merupakan konflik yang bisa terjadi di lingkungan keluarga, saudara atau bahkan sahabat. Konflik tidak selalu timbul akibat pertentangan merebutkan sesuatu yang prinsip atau bernilai tinggi, tetapi kadang timbul dari hal-hal yang sepele yang tidak jelas ujung pangkalnya. Konflik dapat dihindari bila kita punya sikap saling menghargai, santun, patuh pada aturan sosial serta sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

A.  Faktor Penyebab Tawuran

Terdapat 2 faktor penyebab terjadinya tawuran, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalah di sekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Perilaku sebagai reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.

Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.

Faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri yang mempengaruhi dan menimbulkan masalah, antara lain:

a.  Faktor keluarga.

Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama, dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya.

Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar.Baik buruknya kehidupan dalam rumah tangga, perlindungan berlebihan dari orang tua terhadap anak, penolakan terhadap kehadiran anak, tingkah laku kriminal, asusila, ketidak jujuran dalam keluarga akan memicu anak untuk mudah emosional dan mudah terpengaruh untuk ikut terlibat dalam tawuran.

b.   Faktor lingkungan sekolah.

Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, misalnya letak bangunan yang tidak memenuhi syarat, tidak mempunyai halaman yang cukup, minimnya fasilitas, jumlah siswa yang terlalu padat, jam belajar tidak efektif, sering kosong, suasana yang monoton, peraturan tidak relevan,dst.

Kondisi seperti itu berpengaruh terhadap sikap emosional dan perilaku negatif, misalnya kurang memperhatikan tata tertib, tidak menghargai guru, mudah tersinggung, cemburu,sikap arogan, dsb.

c.   Faktor milieu/lingkungan.

W.G Summer , membagi kelompok sosial menjadi 2 yaitu in-group dan out group. In-group adalah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan diri dengan kelompoknya, sedang out-group adalah kelompok diluar in-group.

Di kalangan kelompok dalam(in-group), dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan dan kedamaian. Bila kelompok dalam berhubungan dengan kelompok luar (out-group), akan muncul rasa kebencian dan permusuhan. Kondisi seperti ini misalnya timbul masalah antar gang. Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.

B.  Dampak Tawuran.

Berbagai masalah yang ditimbulkan sebagai dampak tawuran (dampak negatif), yaitu:

1.  Kerugian fisik, misal timbul cidera ringan sampai berat, bahkan kadang korban jiwa.
2.  Masyarakat dirugikan, misal kerusakan fasilitas umum, rumah dsb.
3.  Proses belajar menjadi terganggu.
4.  Menurunnya sikap moralitas.
5.  Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa dan saling menghargai.

C.  Menghindari Tawuran

Apapun alasannya peristiwa tawuran baik yang melibatkan pelajar, remaja, orang dewasa antar daerah dan sebagainya harus dihindari. Tidak ada untungnya terlibat dalam tawuran, yang ada adalah dampak negatif yang merugikan, baik diri sendiri atau masyarakat. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari tawuran, yaitu:

1.  Tidak terpengaruh lingkungan sekitar.
2.  Bersikap asertif dan menolak dengan tegas ajakan teman yang ingin tawuran.
3. Menghindar untuk bertemu dengan teman yang suka mengajak tawuran.
4.  Menghindari acara kumpul bersama teman yang tidak ada tujuan, misalnya hanya ngobrol, cangkruk,menggunjingkan teman,dsb.
5.  Segera pulang ke rumah sepulang sekolah.
6.  Melaporkan kepada fihak sekolah, atau kepada orang tua apabila ada teman yang berniat tawuran.
7.  Melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.

D. Kekerasan Bullying.

Bentuk lain kekerasan yang terjadi pada remaja (pelajar) selain tawuran, pencurian, yang mengkhawatirkan adalah bullying.. Tindakan bullying dilakukan secara fisik antara lain, pemukulan, tendangan, mendorong, mencekik dll. Tindakan secara verbal biasanya dilakukan dengan memanggil dengan nama buruk, mengancam, mengolok-olok, jahil, menyebarkan isu buruk, atau tindakan lain seperti memasang muka dan melakukan gerakan tubuh yang melecehkan, atau secara terus-menerus mengasingkan korban dari kelompoknya.

Bullying berasal dari kata bully, yaitu suatu kata yang mengandung arti adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (bisanya lebih lemah dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikhis bagi korbannya, misalnya stress, susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas dll. Bully biasanya berlangsung lama. Korban bully juga merasa marah, malu dan kecewa pada diri sendiri dan membiarkan kejadian itu karena mereka tidak kuasa melakukan dan tidak berani melaporkan pelaku kepada orang dewasa karena takut dianggap penakut dan disalahkan. Bullying menurut PeKA (Peduli Karakter Anak), penggunaan agresi dengan tujuan menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental.

Tindakan yang termasuk kategori bullying baik dilakukan secara individu atau kelompok adalah, sengaja menyakiti atau mengancam dengan cara:

1.  Menyisihkan seseorang dari pergaulan.
2.  Menyebarkan gossip, membuat julukan yang bersifat ejekan.
3.  Mengerjai untuk mempermalukan.
4.  Mengintimidasi atau mengancam korban.
5.  Melukai secara fisik.
6.  Melakukan pemalakan/mengompas.

Dampak bullying bagi sang korban, antara lain:

1.  Depresi.
2.  Rendahnya kepercayaan diri/mnder.
3.  Menyendiri.
4.  Prestasi akademik merosot.
5.  Merasa terisolasi dari pergaulan.
6.  Terpikir atau bahkan mencoba bunuh diri.



Upaya pencegahan agar tidak menjadi korban bullying adalah:

1.  Membekali diri kemampuan untuk membela diri.
2.  Membekali kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan.
3.  Melaporkan atas tindakan kekeasan.
4.  Bersosialisasi yang baik dengan teman sebaya atau dengan orang yang lebih tua.

Penanganan terhadap pelaku bullying adalah:

1.  Mengajak bicara atas sikap perilaku yang telah dilakukan.
2.  Mencari penyebab melakukan bullying.
3.  Mediasi permasalahan.


Ilustrasi kejadian

Bel panjang berbunyi, sebagai tanda waktu belajar di sekolah itu sudah berakhir. Ini adalah hari sabtu, biasanya anak-anak bergegas pulang untuk bisa segera sampai di rumah. Begitu juga suasana di ruang guru, bapak ibu guru juga mulai sepi, karena jam kerja sudah waktunya pulang.

Namun tampak ada keanehan hari itu, tampak diujung gapura terdapat beberapa anak
bergerombol diantaranya adalah Nasir anak kelas VIII, mereka seperti ada suatu yang penting untuk dibicarakan. Beberapa waktu kemudian satu diantara anak itu lari menuju kantor dan diikuti teman-temannya. Tampaknya mereka ketakutan, ada yang sembunyi dan Nasir lari menemui security sekolah. Mereka bercerita, tak lama kemudian menuju luar gapura sekolah. Oo...ternyata ada sejumlah anak bermotor dari sekolah lain menunggu di warung kopi. P. Rachmat sebagai security sekolah menanyai salah satu diantara mereka, disampaikan bahwa mereka tidak suka dan merasa tersinggung sekali karena comentarnya di facebook dengan nada menantang, kalau berani sepulang sekolah mereka di suruh menemuhi.

Refleksi

1.  Dari ilustrasi cerita diatas, peristiwa apakah yang terjadi di depan sekolah?
............................................................................................
2.  Pernahkah Anda menjumpai, kerumunan atau sekelompok anak-anak sekolah yang mencurigakan? Berikan penjelasan, bagaimana perasaanmu waktu itu? ............................................................................................
3.  Diceritakan, anak-anak lari ketakutan, ada yang bersembunyi dan Nasir menemui P.Rachmat security sekolah. Bagaimana pendapatmu? ............................................................................................
Alasan: ............................................................................................



Tidak ada komentar:

Posting Komentar